Site Network: Home | Blogcrowds | Gecko and Fly | About

Antara Dangdut dan Punakawan

Musik dangdut sudah tidak asing lagi bagi telinga kita dewasa ini. Radio, televisi dan tape recorder tetanga kita bahkan dalam rungan kita sudah sering melantunkan musik ini. Birama mendayu berpadu dengan suara sedu mengaduh maupun merindu sangat khas dengan musik ini. Memang tidak selamanya musik dangdut mendayu, mengaduh dan merayu. Salah satu dedengkot musik Bang Haji Rhoma Irama salah satu pembawa musik dangdut dengan sentuhan "hard rock" purple. Bahkan pada tahun 1970 majalah musik dunia pernah menulisannya sebagai "A Music From Another Planet".

Musik merupakan bahasa universal yang digunakan oleh umat manusia di jagad ini sejak berabad yang lalu. Suku indian di benua amerika sana menggunakan sebagai bahasa untuk berkomunikasi dengan dewa mereka, menyatakan perang bahkan untuk memberikan undangan atas suku lain. Masih di benua Amerika sana, musik Jazz yang lahir dari komunitas orang africa-america dibagian selatan benua Amerika tepatnya di sebuah kota bernama New Orleans mengkolabirasi musik afrika dan eropa menjadi sebuah musik yang kemudian disebut sebagai musik jazz. Masih di Era yang sama dibagian kota lain yakni Broklyn New York City, lagi lagi African-American melahirkan musik "Rap" yang dalam inggris bisa diartikan sebagai "to say" atau "to converse". Memang music ini lebih banyak memainkan kata kata dalam pemengalan rythme yang mengalun dalam musick secara patah-patah.

Lain Ladang, lain belalang, lain pula ikannya. Begitulah manusia berkehidupan dalam jagad raya ini. Lain Amerika lain pula Indonesia tentunya. Indonesia mempunyai ciri khas musik sendiri selain musik melayu tentunya. Dalam dunia pewayangan musik pun digunakan sebagai latar pembuka, pertarungan, penutupan dan lain sebagainya. Meskipun wayang sebenarnya bukan budaya Indonesia murni. Wayang dibawa berbarengan dengan masukannya agama hindu di Indonesia dari India. Sehingga cerita Mahabarat dan Ramayana dalam wayang India dan Indonesia ada kesamaan, namun di Indonesia lebih tepatnya Jawa wayang telah mengalami metafor dengan kebutuhan di Jawa ini. Dalam dunia pewayangan di kenal istilah Punakawan, dimana para punakawan Semar, Petruk, Gareng dan Bagong akan muncul pada pertengahan permainan wayang sebagai penyegaran dan penyampainya kritik atas tuan tuan mereka maupun kebijakannya. Penyampain kritik, usulan atau apapun penyebutan kepada kehidupan, kekuasan dan lain sebagainya di Indoneisa, Jawa khususnya memang disampaikan secara tidak langsung baik secara sembunyi sembunyi maupun dengan guyonan yang menyentil.

Kembali ke musik dangdut, yang sering kali mengabarkan kesedian, kekecewaan, kegundahan, penderitaannya dan semua yang bersifat menjadi korban dibawakan dengan irama mendayu dan nada mengaduh bisa kita tangkap sebagai suara hati dari kebanyak masyarakat kita yang memang benar benar mengalami semua ini, kemudian disampaikan lewat nada dan irama yang kemudian kita lebih kenal dengan sebutan musik dangdut. Kultur kita memang lebih sering menghiba dan meminta, dari pada memprotes dan menuntut seperti musk jazz atau rap yang penuh dengan improvisasi beat dan melodi yang mengagetkan suasana.

"Sekuntum Mawar meraaaaaah .... Kau berikan kebapad ku ...... " nah sekarang aku sedang didengarkan mbak Elvi Sukaisih melantuntankan lagu ini.

0 comments:

Posting Komentar